Dua
ekor ikan bertemu dalam sebuah akuarium besar yang dipajang dalam sebuah toko
ikan hias milik seorang saudagar. Ikan yang berwarna kuning keemasan mencoba
mengajak bicara seekor ikan lain yang warna tubuhnya putih kelabu. Warna tubuh
kelabu itulah yang membuatnya tertarik. Si ikan keemasan mulai membuka
percakapan.
“
dari mana asalmu,ikan kelabu? ” lalu si kelabu yang sedang mencoba berenang
mencari makanan berbalik ke arah si empunya suara.
“
aku berasal dari desa K. dulu tuanku seorang lelaki tua yang hidup sendiri di
pinggir desa. Kamu sendiri, dari mana asalmu? “
Si
keemasan menjawab, “ aku juga dari desa K. tuanku dulu juga seorang lelaki tua
yang tinggal di dalam pondok kecil di dalam hutan.
Lalu
si kelabu terkejut mendengar si ikan keemasan mengatakan asal usulnya.
“Apakah kau si ikan terkenal itu? Semua orang
membicarakanmu. Memang benar tubuhmu bagus sekali. Pantas saja banyak orang
memperebutkanmu. “ kata si ikan kelabu kagum.
“
jangan memujiku seperti itu. Meskipun keindahan warna di tubuhku terkenal
sampai kemana – mana, tapi aku tak hidup bahagia bersama lelaki tua itu. “
“kenapa
begitu?” tanya si kelabu.
“memang,
pak tua itu amat menyayangiku. Setiap hari aku diajaknya berbicara karena ia
tak punya teman lain selain aku. Keindahan tubuhku hanya ia yang boleh
melihatnya. Setiap ada kerabatnya yang berkunjung ke rumah dan ingin melihatku
barang sejenak, ia pasti akan langsung marah dan mengusir orang itu. Wataknya
memang sungguh tidak baik.”
“
lalu bagaimana kau bisa sampai di tempat ini? Kemana pak tua majikanmu itu?”
tanya si kelabu penasaran.
“
dia meninggal tiga hari yang lalu. Dia meninggal sambil memeluk toples kaca
tempatku tinggal. Aku sangat kehilangan dia. Sebelum meninggal dia hanya
mengatakan bahwa dia akan mempunyai banyak teman di surga nanti. Dulu sewaktu
dia masih hidup aku tak pernah diperlihatkan kepada orang lain. Karena dia tak
mau orang – orang merebutku dari tangannya. Karena yang dia miliki cuma aku,
dan akulah satu – satunya yang mengerti akan kesedihannya, kesendiriannya,
hingga dia seperti itu. Aku tak pernah sama sekali melihat dunia luar. Yang ada
hanyalah toples kecilku, dan kamar pak tua yang dindingnya terbuat dari kayu.
Toplesku diletakkannya di atas perapian kecilnya. Sewaktu dia ingin menghabiskan
waktu, dia pasti akan duduk di kursi kayunya di depan perapian dan toplesku
diletakkannya di meja di samping kursi kayunya. Lalu dia akan bercerita tentang
istrinya, ayah ibunya, juga masa kecilnya dulu. Meskipun dia menceritakan hal
yang sama setiap hari aku tak pernah bosan mendengarnya. Sekarang aku tak bisa
lagi menemani pak tua itu menghabiskan waktu di depan perapiannya. Sekarang
giliranmu. Bagaimana kau bisa ada di tempat ini?”
Si
kelabu menggoyangkan ekornya. Lalu ia mulai bercerita tentang pak tua
majikannya.
“
sama seperti tuanmu dia juga sudah meninggal tiga hari yang lalu. tapi ia tak
memeluk toplesku. Sebelum meninggal ia berpesan kepada anak – anak kecil yang
sering lewat mengunjungiku agar menjualku ke pasar setelah dia meninggal nanti.”
Si
keemasan terkejut juga mendengar siapa sebenarnya si kelabu.
“
jadi, kamu si ikan terkenal itu ya? Ikan yang membuat banyak orang berbondong –
bondong datang sekedar untuk melihat kibasan ekornya?” tanya si keemasan
“
kau tahu tentang aku?” tanya si kelabu tak percaya.
“
tentu saja. Reputasimu jauh diatasku, sobat. “ jawab si keemasan sembari
terkekeh.
“
sebenarnya bukan keindahan atau kibasan ekorku yang membuatku terkenal. Tapi
pak tua pemilikku itulah yang membuat aku jadi disenangi banyak orang. Toples
kaca ku diletakkannya di pinggir jendela kayunya yang menghadap ke arah jalan
setapak yang sering dilalui orang – orang desa atau anak – anak kecil yang akan
pergi ke kota untuk mencari ilmu.
Orang – orang itu biasanya akan menghampiri
jendela kayu pak tua sekedar untuk melihatku dan memyapa pak tua itu. Lalu pak
tua itu pun akan menghampiri mereka dan memberikan roti gandum meskipun sudah
agak keras karena terlalu lama disimpan.
‘Aku
hanya ingin berbagi, kata pak tua itu suatu hari. Aku hanya ingin berbagi apa
yang aku punya. Jika aku Cuma punya roti gandum yang keras, akan kuberikan pada
siapa saja yang datang ke rumahku.
Aku juga Cuma punya ikan. Akan kupersilakan siapa saja untuk melihatnya. Karena
saat aku melihat ikan ku aku merasa bahagia, mungkin orang lain yang melihatnya
akan merasakan hal yang sama. Aku ingin berbagi kebahagiaan yang kupunya
meskipun hanya lewat seekor ikan.’ Karena itulah anak – anak kecil sering
melihatku dari jendela kayu pak tua. Mereka sering memberiku makan remahan kue
bekal mereka. Aku senang banyak yang mengajakku bicara. Pak tua itupun senang
sekali menagajakku bicara sembari menatap senja. Dia juga menceritakan hal yang
sama dengan tuanmu. Tentang istrinya ,ayah ibunya, dan masa kecilnya dulu.
Sekarang akupun tak bisa mendengar cerita – ceritanya. Juga senyumnya yang
selalu menghiasi wajahnya tak mungkin lagi bisa kulihat.”
Si ikan kelabu
menatap sahabat barunya.
“pada
intinya kedua majikan kita sama. Sama – sama kesepian, tapi cara mereka
menyikapi kesepian itu berbeda.” Kata si ikan keemasan.
“
benar. Pada dasarnya jika kita mau berbagi sebenarnya beban kita lebih ringan. dua lelaki tua itu bisa jadi contoh. yang satu merasa bahwa sesuatu yang berharga yang dimilikinya sekarang hanyalah miliknya karena ia tak punya sesuatu yang berharga lainnya yang bisa ia lindungi. karena itulah dia terlalu berlebihan menjaganya. ia menjadi ketakutan sendiri jika miliknya yang berharga itu jatuh ke tangan orang lain. sehingga bebannya malah semakin berat karena hatinya tak tenang." si ikan keemasan berkata sedih. lalu si ikan kelabu mendekatinya.
" ya, begitulah manusia. satu sama lain punya sifat berbeda. pak tua yang satunya mau berbagi semua kebahagiaan dan kesedihannya sehingga beban hatinya sedikit lebih ringan. mereka berdua berbeda meskipun sama - sama didera perasaan sunyi. pak tua yang satunya lebih siap untuk kehilangan apa yang dimilikinya karena ia sudah terbiasa dengan hal itu. saat ia meninggal pun ia tenang dalam senyumannya yang terakhir. ia tak punya beban lagi di dunia. barang berharga satu - satunya yang ia miliki yakni aku, sudah terlebih dahulu ia titipkan ke toko ikan ini. ia tak mau aku terlantar setelah dia tak ada di dunia ini."
lalu kedua ekor ikan itu bergerak mengelilingi akuarium. mereka sudah selesai dengan cerita tuan masing - masing. mereka kembali menjadi ikan tanpa harus mendengar keluh kesah dan melihat kisah hidup manusia yang penuh warna. mereka hanya dua ekor ikan yang pernah setia dengan dua lelaki tua.